Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) adalah salah satu program tematik pengabdian yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman bekerjasama dengan perguruan tinggi terpilih dari seluruh Indonesia. Kegiatan ini berupa program pengabdian di pulau yang termasuk kategori Pulau 3T (Terluar, Terpencil dan Tertinggal).

Kegiatan Pembukaan ENJ Polban dihadiri oleh PD1 dan PD3 Politeknik Negeri Bandung

Setiap kegiatan pengabdian bagi saya adalah kegiatan yang benar-benar memberikan sebuah pengalaman yang sangat luar biasa dan tidak dapat dilupakan. Mengapa demikian? Pengabdian bukan hanya sekedar untuk mendapatkan eksistensi semata, melainkan pengabdian merupakan kegiatan untuk mendapatkan arti perjuangan dalam hidup, memahami arti perbedaan budaya, adat dan istiadat. Seperti halnya pengabdian yang telah kami laksanakan di sebuah pulau yang memberikan kami arti keikhlasan, kedamaian dan perbedaan budaya. Sedih rasanya ketika saya mengawali cerita dalam artikel ini. Saya kembali teringat wajah ikhlas penuh semangat dari tim eksepeditor ENJ Polban 2019, dan juga wajah warga pulau yang sangat memberikan arti yang luar biasa dan tidak dapat dibayarkan oleh apapun.

Pulau Sumedang

Pulau Sumedang. Ia ada disana. Pulau yang terletak di Selat Karimata yang berada di tengah lautan Kalimantan – Sumatera. Dengan luas hanya 19 hektar di dalamnya terdapat 157 kepala keluarga. Pulau dengan penuh kesederhanaan yang membawa kami memilih pulau ini untuk kegiatan ENJ Polban 2019. Inilah cerita saya di kegiatan ENJ Polban 2019.

25 Ekspeditor ENJ Polban 2019 melakukan keberangkatan pada tanggal 19 Juli 2019. Hari di mana perasaan yang sangat campur aduk, rasa sedih, bangga dan takut semua menjadi satu ketika kami berangkat. Kami melakukan keberangkatan dari Politeknik Negeri Bandung menuju Tanjung Priok menggunakan bus. Perjalan sekitar 5 jam kami butuhkan untuk sampai di Tanjung Priok. Jujur, ini pertama kali saya menginjakkan kaki di Tanjung Priok. Setelah sampai di Tanjung Priok, kami bergegas untuk turun dengan membawa barang kegiatan yang sangat banyak dan barang pribadi kebutuhan untuk 1 bulan. Kami sedikit kebingungan, ketika melihat kondisi Tanjung Priok yang sangat dipenuhi penumpang dengan tujuan yang sama yaitu Tanjung Batu, Belitung. Bingung yang dikarenakan akan sampai jam berapa kami dapat membawa barang yang sangat banyak untuk dapat dibawa  ke kapal, dimana posisi bus kami menuju kapal sangatlah jauh. Kami bergegas untuk menemui petugas Tanjung Priok agar memberikan kami kesempatan untuk melalui jalan lain agar ketika kami membawa barang untuk dimasukkan ke kapal tidak harus mengantri lama bersama penumpang lain. Dan Alloh Subhaanahu Wa Ta’aala menolong kami, kami di berikan izin untuk melalui jalan lain untuk membawa barang kegiatan ke dalam kapal. Kami pun bergegas untuk membawa barang kegiatan dengan dibagi menjadi beberapa kloter. Sampailah kami di depan gerbang masuk tempat kapal–kapal besar berlabuh. Masya Alloh saya sangat bersyukur kepada Alloh Subhaanahu Wa Ta’aala, saya pertama kali melihat kapal yang sangat besar yang akan membawa kami menuju Tanjung Batu, Belitung. Dengan penuh semangat kami bisa menaikkan barang kegiatan dan pribadi sampai di kapal.

Tanjung Priok

Kurang lebih tepat pukul 22.00 WIB, Kapal Pelni KM Lawit berangkat. Melihat indahnya Tanjung Priok diluar kapal yang membuat kami makin beryukur kepada Alloh Subhaanahu Wa Ta’aala. Tak terasa fajar pun telah mulai terlihat, kami terbangun dari tidur kami di dalam kapal. Pagi itu saya melihat keadaan transportasi kapal yang berbeda dengan trasnportasi lain. Saya bergegas untuk keluar kapal melihat pemandangan pagi hari di lautan Jawa dan Belitung. Sungguh pemandangan yang indah, terhampar lautan luas, pulau dan gunung pun tidak terlihat, ombak yang damai yang membuat saya kembali untuk bersyukur.

Bagian depan Kapal Pelni

“Kawan – kawan, ayo ke luar kapal, udah ada signal! Pulau Belitung udah terlihat ayok ayok!” suara khas teman kami berteriak gembira. Kami pun bergegas untuk melihat Pulau Belitung dari kejuahan. Dan memang pulau sudah terlihat dan sangat kecil. Kami pun bergegas untuk membereskan barang pribadi juga barang kegiatan untuk mempersiapkan kami turun dari kapal. Kurang lebih pukul 20.00 kami sampai di Tanjung Batu, Belitung. Kami menurunkan barang – barang kami bersamaan dengan penumpang lainnya. Kami diberi waktu menurunkan barang sekitar 15 menit, dikarenakan kapal akan berangkat ke Kalimantan. Mendengar itu, kami bergegas kembali menemui petugas kapal yang ada, agar mendapatkan waktu tambahan untuk kami menurunkan barang, dan Alhamdulillah kamipun diberi waktu tambahan untuk menurunkan barang. Penumpang yang lain ada yang terbawa emosi ketika kami menurunkan barang, karena kami naik dan turun kapal beberapa kali untuk dapat menurunkan semua barang kegiatan kami. Di sini saya sangat terharu dan bangga melihat tim. Air mata saya pun tak tertahankan ketika barang terakhir kami turun dari kapal. Entah kenapa air mata saya tak tertahan, mungkin memang saya tidak percaya tim telah sampai di Negeri Laskar Pelangi, Belitung, yang sebelumnya kita kurang optimis untuk dapat berangkat, dan pada waktu itu tanggal 20 Juli 2019 saya dan tim dapat menginjakkan kaki di Belitung. Kami pun dijemput oleh bus Kabupaten Belitung dan truk untuk membawa kami dan barang ke tempat penginapan kami di Mess Pemda Belitung. Setelah sampai di Mess Pemda, kami pun bergegas untuk tidur. Keesekokan harinya kami melakukan persiapan barang-barang yang belum terbeli dan melaksanakan kegiatan upacara pembukaan ENJ Polban 2019 bersama Bapak Bupati Kabupaten Belitung.

Keesekokan harinya kami pun berangkat menuju Pulau Sumedang. Untuk menuju Pulau Sumedang, kami menggunakan transportasi darat terlebih dahulu menuju Teluk Gembira. Sampai di Teluk Gembira, terlihat sebuah kapal nelayan kecil yang akan membawa kami ke Pulau Sumedang. Air laut yang warna-warni terlihat dari samping yang memberikan suasana haru dan semangat kala itu. Barang kami pun mulai dimasukkan ke kapal nelayan. Disini saya menemukan arti dari SOLIDARITY FOREVER, slogan yang digunakan oleh seluruh Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin. Mengapa? Kembali ke cerita sebelumnya, dimana kami di jemput oleh bus Kabupaten Belitung dan truk di Tanjung Batu, kami bisa menginap di mess Pemda, kami bisa upacara pembukaan bersama bapak Kabupaten Belitung, itu semua berkat bantuan HMM Universitas Bangka Belitung, yang jauh – jauh hari kami telah kabari, bahwa kami akan menuju Belitung dengan keperluan-keperluan tersebut. Dan saya pun meminta tolong untuk mempersiapkan bus, truk, penginapan, dan perizinan-perizinan lainnya, dan mereka benar –  benar sangat membantu. Di hari kami akan menyebrang ke Pulau Sumedang, mereka mengantar kan kami menuju Teluk Gembira dan membantu membawakan barang – barang kegiatan kami. Terimakasih Untuk HMM Universitas Bangka Belitung.

Siang hari dengan terik sinar matahari yang sangat menyengat, kami pun siap berlayar menuju Pulau Sumedang, kala itu semua ekspeditor sibuk mengabari orang tua dan kerabat melalui handphone. Petualangan kami dimulai. Air laut dengan ombak yang menurut kami besar menemani berlayarnya kami ke Pulau Sumedang. Di tengah perjalanan kami melihat adanya anjing laut, dan mulai terlihat burung–burung yang sangat indah. Banyaknya burung yang sangat indah menandakan sebentar lagi kami akan sampai, dan benar Pulau Sumedang sudah terlihat, mercusuar yang tinggi mulai terlihat, burung burung mulai terlihat sangat banyak, 3 jam lebih kami butuhkan untuk sampai di Pulau Sumedang, mulai terlihatlah dermaga yang sangat Panjang dihiasi dengan banyaknya kapal – kapal nelayan. Lambaian tangan warga Pulau Sumedang mulai terlihat dengan jelas, mereka sudah menunggu kedatangan kami. Di senja hari itu, kami sampai di Pulau Sumedang, semua barang bawaaan kami dibantu dibawakan oleh warga Pulau Sumedang, sehingga kami bergegas menuju tempat menginap kami di mess. Mess dengan ukuran yang tidak besar, mess yang hanya tersedia dua kamar, akan menjadi tempat kami tidur selama 2 minggu dalam 1 bulan kami berada di Pulau Sumedang. Dengan tidak ada signal sama sekali, dengan persediaan barang kegiatan yang ada, pengabdian kami dimulai.

TIM ENJ Polban 2019 terdiri dari 5 bidang yakni Bidang Pendidikan, Kesehatan, Teknologi, Sosial Lingkungan dan Ekonomi Kreatif. Bidang teknologi banyak sekali yang kami kerjakan. Kami membuat hidroponik yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat Pulau Sumedang untuk menanam sayuran. Selain itu bidang teknologi membuat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) agar kesadaran masyarakan Pulau Sumedang untuk membuang sampah ke TPA. Bidang teknologi juga memberikan pengarahan kepada masyarakat Pulau Sumedang, bagaimana cara mengubah air payau menjadi air siap minum.

Bidang Ekonomi Kreatif. Menurut saya bidang ini adalah bidang yang dapat mengakrabkan kami dengan warga khususnya ibu-ibu. Di mana, di bidang ini kami berbagi dan bertukar ilmu dengan warga mengenai ekonomi yang kreatif dengan memanfaatkan keadaan yang ada. Di sana kami mengenalkan pemanfaatan kemasan kopi menjadi tas dan sebagainya. Selain itu kami mengenalkan Pisang Crispy dan mengenalkan pemanfaatan kelapa untuk menjadi minyak dan dapat diminum, kami sebut program ini adalah VCO. Kegiatan-kegiatan ini menurut saya sudah terlihat sangat berhasil dilaksankaan, karena setelah kami melaksankan kegiatan – kegiatan ini banyak dari kalangan ibu-ibu yang telah membuatnya sendiri di rumahnya masing – masing.

Di bidang kesehatan, kami mengadakan cek kesehatan gratis. Dimulai dari program ini kami menjadi sangat dekat dan akrab dengan warga. Pada saat pelaksanaan banyak sekali warga yang tertarik dengan program ini. Selain cek kesehatan gratis, kami mengadakan senam bersama. Program ini menambah kembali keakraban kami dengan warga, dengan diiringi musik melayu yang disatukan dengan pop dan gerakan senam yang dapat dikatakan lucu, membuat kami dan warga tertawa terbahak – bahak. Pada saat itu keadaan sangat hangat yang ditemani dengan senja di Pulau Sumedang. Bukan hanya cek kesehatan gratis, tim bidang kesehatan pun mengadakan sikat gigi dan cuci tangan bersama di PAUD dan SD. Melihat anak PAUD, SD yang tidak bisa dibayangkan bagaimana riangnya ketika kami mengadakan sikat gigi dan cuci bersama. Air jadi bahan mainan, teriakan anak kecil yang sampai sekarang masih terngiang ngiang “bang airnya bang” “bang ga bawa gelasnya bang” “bang bukan yang ini bang” itulah keramaian kegiatan sikat gigi dan cuci tangan bersama.

Di bidang sosial lingkungan, kami menanam 1000 mangroove. Dengan terik panasnya matahari, tidak membuat kami patah semangat untuk menanam mangrove. Warga dan tim disini kembali berkolaborasi. Setelah beberapa jam tim sosial lingkungan menanam, “Bang ayo kita cari kelapa muda” pemuda warga sumedang mengajak. Kabar yang sangat mengenakan hati tim. Tim bergegas untuk ikut mencari buah kelapa. Tak lamapun buah kelapa didapat dengan memanjat. Kala itu seketika air kelapa muda dapat menyegarkan keringnya kerongkongan, setelah itu pohon mangroove pun dapat diselesaikan.

Program kerja yang kedua adalah Pulau Sumedang Indah. Kami memberikan usaha agar Pulau Sumedang dapat terlihat lebih indah, mengecat gapura kami lakukan, memberikan warna di patung kapal, dan memberikan nama sekolah di gapura sekolah.

Program kerja yang ketiga adalah susur pantai. Berkali kali tim sosial lingkungan melawan kembali terik panasnya matahari, tim melakukan susur pantai dari pagi hari sampai siang hari, selain tim banyak juga warga yang membantu akan susur pantai ini. Kami membawa sampah – sampah yang ada di sekitaran pantai dan membuangnya ke TPA yang kami telah buat.

Program kerja selanjutnya kami mengadakan Bermain Karya (Bermain dan Tukar Budaya). Bermain karya kami lakukan di SD. Kami mengenalkan budaya–budaya kami kepada anak – anak SD. Selain budaya, kami memperkenalkan permainan tradisional yang telah kami alami di masa kecil kami. Ramai sekali keadaan sekolah pada saat itu, teriakan siswa yang disebabkan ada yang bertengkar, itu menjadi bumbu keramaian. Tidak hanya satu pasang yang bertengkar, namun terdapat beberapa siswa juga yang bertengkar dengan alasan bertengkar yang berbeda – beda. Selain itu, kegiatan sosial lingkungan membuat dan memberikan nama jalan yang nama jalannya diambil dari jurusan kami yang ada di Politeknik Negeri Bandung. Program kerja terkahir yaitu memperingati HUT RI.

Bidang Pendidikan. Di bidang ini, saya curahkan waktu saya sepenuhnya. Kegiatan mengajar telah menjadi 24/7 bagi saya dalam kegiatan ENJ Polban 2019. Dalam bidang Pendidikan program kerja wajib kami yaitu mengajar SD dan PAUD. Senin – Jumat dari pukul 08.00 – 09.00 kami mengajar PAUD. Senang rasanya ketika saya melihat tawa anak – anak, percakapan yang masih polos satu sama lain, teriakan bernyanyi yang membuat saya merinding. Lagu favorit mereka yaitu naik–naik ke puncak gunung dan naik delman. Dengan gerakan mereka yang energik, semakin keras dan lantang pula mereka bernyanyi. “Adik–adik tugasnya sudah ?” Jujur senang lo kalau mereka sudah mengerjakan PR yang kami berikan itu lah yang membuat saya belajar dari mereka. Ada hal paling favorit ketika saya sudah selesai mengajar anak – anak PAUD, yaitu mengantarkan semua anak – anak PAUD ke rumah nya masing – masing. Semua tangan saling memegang erat satu sama lain, semua rebutan ingin mendapatkan tangan saya untuk di genggam. Sempat banyak anak – anak juga hendak minta digendong. Jujur kewalahan sih, namun itu yang membuat hal rasa lelah saya menjadi hilang. Setelah selesai mengajar di PAUD, pindahlah saya mengajar di SD.

Dengan kondisi sekolah yang menghadap langsung dengan laut, membuat siang hari di sekolah terasa panas namun menyejukkan dikarenakan adanya angin kencang. Setiap hari saya lewati perjalanan mengajar di SD. Kelas 1 dan 2 menjadi tanggung jawab saya untuk bisa bertemu, dan berbagi ilmu dengan mereka. Jujur bagi saya mereka adalah sahabat, sahabat yang dapat memberikan keceriaan pada hari itu, dan sahabat yang saling menceritakan pengalaman dengan kepolosan mereka untuk berbicara dan mendengarkan. Membaca, menulis, berhitung, bernyanyi itu menjadi kebiasan kami di SD. Tidak hanya disekolah, kami memberikan kesempataan kepada mereka untuk melakukan pembelajaran tambahan di luar jam sekolah yang kami namai “Rumah Tabel” Disinilah di sore hari, anak–anak berbondong mendatangi kediaman kami di Mess untuk belajar bersama.

Suara teriakan anak–anak yang belajar, bernyanyi, dan bermain games membuat senja pun sangat terasa hangat. Setelah adanya rumah table, kami membuka untuk semua anak Pulau Sumedang untuk menonton film motivasi, dan kenyataannya bukan hanya anak–anak Pulau Sumedang yang ikut, hampir semua warga ikut menikmati film yang kami sajkan. Selain itu kami membuat alat, dimana kami membuat media pembelajaran Bahasa Inggris mengenai nama hewan dengan bahasa inggris dilengkapi terjemahannya. Cara penggunaan media ini adalah, jika anak – anak memegang hewan yang di pegang, hewan tersebut akan mengeluarkan suaranya dan penjelasan mengenai hewan tersebut, program ini kami sebut EFA (English Fun Activity)

Kelas seni kami berikan kepada anak–anak SD Pulau Sumedang. Kelas seni ini bertujuan agar ketika penutupan ENJ Polban 2019 dapat di isi oleh penampilan anak–anak sd yang kami latih di kelas seni. Kelas seni terdiri dari musikalisasi puisi, bernyanyi untuk kelas 1, 2 dan 3, bernyanyi unuk kelas 4, 5, 6 dan menari. Dan alhamdulillah dengan keterbatasan waktu kami untuk melatih anak–anak SD, mereka dapat tampil sangat luar biasa dihadapan seluruh warga Pulau Sumedang.

Tidak hanya kami yang memberikan kegiatan kepada warga Pulau Sumedang, kami pun menerima kegiatan dan budaya mereka. Ada beberapa dari kami belajar menjaring ikan, belajar memancing ikan ditengah laut dan membuat kapal nelayan. Hampir setiap hari banyak warga yang mengajak kami untuk berkegiatan. Salah satu kegiatan favorit menurut saya adalah di undang makan di rumah warga. Hampir setiap harinya banyak warga yang mengundang kami untuk makan dan singgah dirumah warga. Makanan khas suku bugis yang sangat menarik, teh manis andalan Pulau Sumedang yang menyejukan.  Dan kegiatan favorit kami yang lain adalah bakar ikan segar yang diringi dengan petikan gitar dan nanyian melayu yang membuat asik suasana di setiap malam harinya.

Setelah 2 minggu kami di Pulau Sumedang, kami di pecah menjadi beberapa orang untuk menetap di rumah warga. Mess yang kami gunakan untuk tidur  selama 2 minggu pun menjadi kosong, hanya dilengkapi dengan beberapa barang kegiatan kami. Saya menetap di keluarga yang sangat hebat. Keluarga Pa Sultan. Saya dan 3 orang lagi menetap di rumah Pa Sultan selama 2 minggu. Kami telah mengganggap Pa Sultan dan Bu Jas, istri Pa Sultan sebagai orang tua kami pribadi disana. Disetiap harinya kami diberi makan selama 3 kali sehari dalam 2 minggu. Berbincang – bincang dan bercanda di setiap harinya yang sering saya rindukan sampai saat ini. Mereka menceritakan pengalaman–pengalaman yang sangat berharga kepada kami. Belom lagi kami mempunyai adik baru, Fitri dan Cika, anak Pa Sultan dan Bu Jas, yang sama telah kami anggap sebagai adik kandung.

Keluarga Pa Sultan

Malam hari di tanggal 10 Agustus 2019, terdengar lah suara Takbir. Membuat kami rindu keluarga di rumah. Sinyal menjadi kendala kami untuk tidak dapat mengabari keluarga, orang tua khususnya. Namun rasa rindu kami kepada keluraga hilang seketika, kami dihibur oleh warga di malam takbiran. Kami diundang makan di beberapa rumah warga dengan sajian adat dan ciri khas suku bugis ketika memperingati Hari Raya Idul Adha. Malam tersebut membuat kami sangat kekenyangan, banyak sekali warga yang mengundang kami untuk makan. Undangan penutup kami di malam hari itu adalah membakar ikan. Keesokan harinya, Hari Raya Idul Adha. Kami semua bergegas untuk melaksanakan shalat ied. Setelah melaksanakan shalat id kami kembali diundang kerumah warga untuk melaksanakan makan-makan kembali.

Tepat ditanggal 11 Agustus 2019 ada salah satu pemuda warga Pulau Sumedang yang mengajak kami untuk menaiki Menara mercusuar yang terdiri dari kurang lebih 19 lantai dan kami pun menaikinya. Jujur bagi saya ini menjadi tantangan untuk bisa menaiki mercusuar tersebut. Rasa takut dan memang saya  tidak menyukai dengan ketinggian. Namun semua terbayarkan ketika saya dapat menuju lantai paling atas dan melihat hemparan luasnya lautan dan warna – warni air laut disekitar Pulau Sumedang.

Keesokan harinya, ada sebuah adat atau kebiasaan warga Pulau Sumedang yaitu liburan ke sebuah pulau tanpa penghuni yang memang berdekatan dengan Pulau Sumedang, warga menyebutnya Pulau Kecil. Tepat setelah shalat ashar, kami dan hampir seluruh warga bergegas pergi ke Pulau Kecil. Hampir membutuhkan 8 kapal untuk kami menyebrang. Betapa hebatnya, dipertengahan jalan saya melihat anak kecil meggunakan sampan kecil menuju Pulau Kecil. Sampailah kami di Pulau Kecil. Pulau yang bersih, indahnya pasir putih dan hangatnya sinar matahari menemani kala itu. Kegiatan kami di Pulau Kecil adalah bermain bola, membakar ikan, dan bernyanyi bersama. Setelah lelahnya kami bermain bola, dan bernyanyi, kami dihidangkan dengan ikan bakar yang sangat enak hasil dari ibu–ibu Pulau Sumedang telah bakar. Rasa persaudaraan dan kekeluargaan kami dengan warga sangatlah erat, begitu indahnya kami mengabdi di tempat ini. Hari pun kian detik mendekati maghrib. Semua bergegas untuk kembali ke Pulau Sumedang. Ada tradisi yang menurut saya ini seru adalah setelah dari Pulau Kecil, menuju kembali Pulau Sumedang harus dalam keadaan basah. Maka dari itu kami ketika pulang, antara kapal satu dengan kapal yang lainnya melakukan perang air. Sungguh membuat saya sangat terharu, ingin rasanya ketika kala itu saya teriak depan warga “Terimakasih Ya Allah”.

Hari ke hari kian mendekati Hari Kemerdekaan Indonesia. Kami memperingati dengan mengadakan lomba untuk anak SD, dan kami diundang untuk berkolaborasi dalam mengadakan lomba antar warga di Pulau Sumedang, lomba voli dan lomba sepak bola. Angin di sore hari pinggiran laut kami mengaadakan pertandingan sepak bola, sungguh sangat antusias. Hampir seluruh warga ikut menyaksikan pertandingan bola. Tidak hanya pertandingan bola, pertandingan voli pun tidak kalah antusias warga untuk menyaksikan dan mengikuti pertandingan. Dan tidak hanya kalangan remaja dan bapak–bapak saja, kalangan ibu–ibu pun banyak yang mengikuti pertandingan voli.

Tepat pada tanggal 16 Agustus 2019, kami mengadakan karnaval. Jalan – jalan mengelilingi Pulau Sumedang dengan menggunakan baju khas karnaval. Kegiatan karnaval ini adalah kegiatan pertama yang baru di laksanakan di Pulau Sumedang. Banyak sekali warga Pulau Sumedang yang mengikuti karnaval , semua kalanganpun mengikuti. Dimana karnaval ini dijadikannnya lomba oleh kami, kami memberikan beberapa nominasi baik dari kostum terbaik sampai terunik. Dengan kondisi sore itu yang sangat luar biasa, sungguh semakin berat ketika kami mengingat hal bahwa tepat 2 hari lagi menuju kami pulang. Kesekokan harinya kegiatan kami sangat lah padat. Kami melaksanakan Upacara Peringatan Kemerdekaan Indonesia, dengan petugas upacara kolaborasi antara kami dengan pemuda di Pulau Sumedang, yang 1 minggu sebelumnya kami latihan bersama.

Selama kami 1 bulan disana, ada 3 warga yang meninggal dunia salah satunya tepat pada tanggal 17 Agustus. Setiap ada kabar yang meninggal, sedih rasanya hati kami melihat keluarganya yang ditinggalkan dan membuat kami mengingat keluarga. Kami membantu warga untuk ikut memamkan jenazah. Salah satu adat disana ketika kami telah memakamkan jenazah, kami dilarang untuk masuk kedalam rumah terlebih dahulu sebelum kami basah turun ke laut. Kami pun bergegas untuk turun kelaut membasahi baju dan badan kami.

Di malam harinya, kami mengundang seluruh warga Pulau Sumedang untuk hadir di acara penutupan kami di Pulau Sumedang. Kami menampilkan seluruh penampilan terbaik anak – anak sd yang telah kami latih dan penampilan terakhir dan terbaik kami Tim Ekspeditor ENJ Polban 2019. Kami menampilkan beberapa penampilan yaitu bernyayi, stand up comedy dan musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi yang membuat semua merinding dan terharu. Hampir semua warga ikut merasakan kesedihan, bangga, dan haru yang kami rasakan. Tidak ada dari kami 25 Ekspeditor yang tidak menurunkan air matanya, semua menjerit dan menangis di acara penutupan tersebut, entah apa yang kami rasakan sampai–sampai malam itu membuat kami sangat sedih dan merasakan hal yang berbeda, ketika kami sudah sangat dekat dengan warga selama 1 bulan, namun akhirnya kami harus pulang. Lantunan hymne Politeknik Negeri Bandung, dan lagu Totalitas Perjuangan sangat mendukung untuk terus mengeluarkan air mata kami.

Acara penutupan pun telah selesai, semua bergegas untuk membereskan barang – barang pribadi dan barang–barang tim. Ketika membereskan barang tim di mess, saya merasa berat dan tidak kuat, saya tertidur ketika semua sedang membereskan barang–barang tim. Saya pun terbangun ketika semuanya sudah selesai.

Tepat tanggal 18 Agustus 2019 Pukul 01.00 kami bergegas pulang ke rumah masing masing. Saya tidur di teras rumah bersama beberapa anak kecil di Pulau Sumedang. Dan tepat sekitar jam 2 pagi saya terbangun, dan saya bergegas untuk melihat kiri kanan, melihat rumah – rumah di sekitaran rumah dan entah kenapa air mata saya pun keluar kembali. Saya hendak melanjutkan tidur kembali dan bangun di waktu subuh. Ada 1 orang warga yang mengampiri saya. Saya memeluk erat beliau, dan beliau pun memeluk erat badan saya, sambil mengucap “Terimakasih dan hati–hati” betapa membuat hati saya sedih kembali. Saya pun bergegas untuk menuju masjid, dan bertemu dengan beberapa orang dari tim ekspeditor. Saya meminta antar kepada salah satu teman terbaik saya, ke SD untuk pamit kepada guru. Air mata saya pun kembali tak tertahankan ketika saya melihat wajah bapak guru di SDN 29 Membalong tersebut. Saya bergegas untuk ke rumah, untuk mandi dan makan bersama keluraga Pa Sultan, ucapan terimakasih dan maaf pa sultan membuat anak–anak pa sultan (saya dan 3 orang dari tim ekspeditor) menangis dan memegang erat tangan pa sultan dan bu jas pada saat itu.

Kami seluruh ekspeditorpun pamitan kepada warga Pulau Sumedang. Tangan yang hangat, angin yang sangat kencang, air mata yang tak tertahankan semua itu terjadi di pagi hari ketika kami melakukan kepulangan. Semua warga mengantarkan kami ke dermaga. Ini menjadi pertama kalinya dermaga di penuhi oleh warga. Dan pada akhirnya, waktu pulang kami pun tiba. Lambaian tangan, teriakan warga dari dermaga dan teriakan kami dari kapal yang hendak berjalan membuat semua terasa sedih,bangga, haru semua menjadi satu. Sungguh moment yang sangat tidak dapat saya lupakan.

Perjuangan kami untuk menerjang ombak pun dimulai. Pada saat kepulangan kami menuju Tanjung Pandan, Pulau Belitung kami harus berjuang menerjang ombak yang sangat besar dan angin kencang. Satu moment ketika kapal kami dihampiri ombak besar sampai – sampai membuat mesin kapal kami dimatikan, agar kapal kami dapat seimbang ketika di terjang ombak. Jujur saya sedih dan merasa takut ketika saya melihat, beberapa tim ekspeditor enj yang terlihat takut ketika melihat ombak yang menerjang kapal, ada yang muntah dikarenakan tidak stablilnya kapal kami, sampai–sampai warga yang mengantar kami pun, yang menurut kami mereka sudah biasa menerjang ombak, tetapi ada salah satu dari mereka tidak sadarkan diri. Memang menurut warga Pulau Sumedang yang mengantarkan kami sampai ke Tanjung Pandan, ini memang tergolong ombak yang sangat besar.  Ombak pun mulai reda ketika kami mulai melewati pulau–pulau kecil sekitaran Pulau Belitung, terharu kembali hati saya. Begitu indah pulau–pulau kecil yang kami lewati, begitu besar keagungan Alloh SWT menciptakan keindahan alam yang sangat luar biasa. Tujuh jam perjalanan, sampailah kami di Pulau Belitung. Kami kembali bergegas pergi ke Mess Pemda Belitung. Dua hari kami disana, kami menghabiskan waktu merapikan yang akan dibawa ke rumah masing–masing.

Kami sibuk mencari tiket kepulangan kami ke Politeknik Negeri Bandung, yang akhirnya kami memutuskan untuk mencari tiket pesawat yang dikarenakan tidak adanya jadwal kapal laut yang sudah pasti. Setelah kami mendapatkan tiket pesawat, kami bergergas berlibur mengelilingi Indahnya Negeri Laskar Pelangi ini. Seharian kami berlibur menggunakan bus dengan biaya pribadi dan setengah harga kami dibayarkan oleh bapak saya di Pulau Sumedang, Iya Pa Sultan, Pa Sultan mengantarkan kami sampai di Pulau Belitung dan menemani kami berlibur.

Jadwal kepulangan kami pun tiba, kami semua bergegas menuju bandara di Belitung. Kembali kami berjuang untuk membawa barang – barang kami. Barang yang asalnya dipenuhi dengan barang kegiatan, sekarang dipenuhi dengan oleh – oleh pemberian warga Pulau Sumedang. Tak terasa sampailah kami di Bandara Soekarno Hatta. Kami dijemput menggunakan bus yang sebelumnya telah kami pesan. Dan akhirnya sampailah kami di Kota Kembang, Kota Bandung. Haru dan tidak percaya kami bisa kembali ke Kota Bandung setelah melewati perjalanan panjang dan sangat luar biasa. Di bus kami menyanyikan lagu hymne POLBAN dan Lagu Sampai Jumpa – Endang Soekanti, dipertengahan kami menyanyi sampailah kami di almamater tercinta, Politeknik Negeri Bandung. Kami disambut dengan keluarga masing – masing. Bersyukur saya ucapkan ketika saya dapat bertemu dengan keluarga saya dan dapat kembali kerumah masing masing dengan selamat.

Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan dengan mengikuti kegiatan sosial ini. Banyak ilmu yang saya dapat dari pertukaran budaya yang ada. Saya dapat mengetahui adat dan istiadat suku bugis, termasuk bahasa bugis yang diajarkan oleh warga Pulau Sumedang. Terimakasih Pulau Sumedang, terimakasih atas segala hal yang kalian berikan kepada kami. Terimakasih atas pengenalan kata manre, tinro, ceme, cakarudu dan lain lain. Tidak akan kami lupakan semua kenangan yang telah kami rangkai bersama – sama. Tunggu kami kembali, yang ditandai dengan suara kapal yang kami rindukan.

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin yang mengikuti kegiatan ENJ Polban 2019 adalah:

  1. Yuda Mauluddin    D4 TPKM 2017                        (Wakil Koordinator ENJ Polban 2019 dan Anggta Bidang Pendidikan)
  2. Arief Suditomo      D4 PROSMAN 2017                 (Bendahara 1, Koordinator Logistik dan Anggota Bidang Pendidikan)
  3. Prayoga Lesmana  D4 PROSMAN 2017                 (Anggota Logistik dan Koordinator Bidang Kesehatan)
  4. M. Alwian Rasyidi D4 PROSMAN 2017                 (Anggota Transportasi dan Anggota Bidang Teknologi)
  5. Gebi  Raidasiwi      D3 TEKNIK MESIN 2018          (Bendahara 2 dan Anggota Bidang Sosial Lingkungan)
  6. Teris Siraj              D3 TEKNIK MESIN 2018          (Koordinator Sponsorship dan Anggota Bidang Teknologi)
  7. Inra Rosita             D3 AERONAUTIKA 2018          (Koordinator Humas dan Anggota Bidang Kesehatan)
  8. Farhan Fachrul R   D3 AERONAUTIKA 2018          (Koordinator Transportasi dan Anggota Bidang Sosial Lingkungan )
  9. Komarudin            D3 AERONAUTIKA 2018          (Anggota Seksi Acara dan Anggota Bidang Teknologi)

Video Yang Dibuat Oleh Salah Satu warga Pulau Sumedang
Serangkaian Acara Terakhir

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here