Pada awal tahun 2019, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program Winter Camp 2019 yang diselenggarakan oleh National Chin-Yi University of Technology (NCUT) di Taiwan.
Taiwan (Formosa) merupakan salah satu negara tujuan belajar mahasiswa-mahasiswa dari Indonesia. Taiwan memiliki sistem pendidikan yang cukup bagus serta fasilitas penelitian yang lengkap. Selain itu, Pemerintah Taiwan juga memberikan perhatian khusus pada bidang pendidikan dan penelitian. Sehingga banyak mahasiswa Indonesia yang tertarik untuk belajar di Taiwan, baik untuk program bachelor, master, PhD maupun untuk belajar Bahasa.
Program Winter Camp 2019
NCUT mengundang 4 politeknik dari Indonesia dalam program ini yaitu Politeknik Negeri Bandung, Politeknik Manufaktur Bandung, Politeknik Negeri Jakarta dan Politeknik Negeri Bali. Semua akomodasi selama program berlangsung ditanggung oleh NCUT, tidak termasuk tiket pesawat.

Dalam program ini, para peserta diajak untuk berkeliling dan melihat fasilitas-fasilitas yang ada di kampus NCUT. Kampus ini memiliki laboratorium yang lengkap dan perpustakaan yang besar untuk menunjang proses belajar mahasiswa, ada juga gedung olahraga yang lengkap agar kesehatan dan kebugaran mahasiswa terjaga. Selain pengenalan kampus, para peserta juga diajak untuk melakukan beberapa praktek seperti 3D Printing, chemical experiments, olahraga, dan yoga. Kami juga berkunjung ke sebuah kantor perusahaan refrigeration, Daikin Industries, dan berbagai tempat wisata yaitu Taipei 101, Sun Moon Lake, dan Houli Flower Farm.
Keunikan Kota
Selama program, kami tinggal di asrama NCUT yang berada di kota Taichung. Selama kami tinggal di Taiwan banyak sekali fasilitas gratis yang disediakan oleh pemerintah seperti Wi-Fi, sepeda, air minum, tempat wisata, dan khusus di kota Taichung gratis transportasi bus untuk beberapa kilometer. Namun begitu, ada beberapa kendala yang dialami umat muslim, yaitu sulitnya dalam beribadah karena tidak terdapat tempat ibadah baik di kota maupun di area kampus dan juga makanan halal yang sulit dicari. Dalam mengatasinya, kami beribadah dalam asrama dan berusaha mencari makanan yang terbuat dari sayuran ataupun seafood.
Taiwan memiliki 4 musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Musim dingin yang saya rasakan tidak terlalu ekstrem bagi orang Indonesia, namun berdasarkan cerita dan pengalaman teman saya, akan terasa berbeda pada musim panas karena suhu dapat mencapai lebih dari 30˚C. Setiap musim disana akan selalu ramai dengan festival-festival yang unik, mulai dari festival keagamaan sampai festival lentera.
Warga lokal disana dapat dibilang sangat disiplin dalam kesehariannya, mulai dari datang tepat waktu pada setiap kegiatan hingga tertibnya masyarakat dalam berlalu lintas. Para pejalan kaki di Taiwan tidak akan menyeberang selain di tempat penyeberang jalan yakni zebra cross dan menunggu saat rambu lampu penyeberang jalan bertanda hijau menyala. Para pengendara sepeda motor maupun mobil juga sangat teratur dalam memarkirkan kendaraannya, walaupun tidak ada polisi atau tukang parkir yang mengarahkan. Selain itu, fasilitas-fasilitas umum yang disediakan sangat ramah bagi golongan lanjut usia maupun penyandang disabilitas. Transportasi favorit disana adalah sepeda. Selain bermanfaat bagi tubuh, sepeda dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan mengurangi kemacetan, oleh karenanya pemerintah-pun mendukung dengan menyediakan sepeda kota dan jalur khusus pesepeda.

Kuliner disana sangatlah beragam, terutama di Night Market. Segala jenis makanan dan minuman ada disana, namun bagi muslim harus cermat memilih makanan karena tidak semuanya halal. Makanan khas Taiwan yaitu pineapple cake, hampir sama dengan kue nastar yang kita miliki. Namun, pineapple cake memiliki rasa yang berbeda dengan nastar, juga setiap toko mempunyai rasa yang beragam.
Tempat Wisata
Taiwan sangat terkenal dengan Night Market-nya, masing-masing distrik memiliki night market tersendiri yang tentunya memiliki ciri khas yang unik. Dalam kesempatan berkunjung ke Taiwan, saya dan teman-teman berkesempatan berkunjung ke empat Night Market yang berada di kota Taichung dan Taipei.

Yizhong Night Market, terletak di kota Taichung. Pasar malam ini merupakan yang paling cocok bagi pecinta kuliner, tidak hanya makanan yang beragam dan tergolong murah, disini juga terdapat beberapa makanan yang halal bagi muslim. Selain itu, terdapat pula beberapa toko pakaian bagi muda-mudi dan pakaian bertemakan negara Taiwan.

Feng Chia Night Market, terletak di kota Taichung. Pasar malam ini memiliki ruas jalan yang cukup luas sehigga para pejalan kaki tidak berdesakan, selain itu terdapat tempat sampah setiap beberapa meter yang menjadikan ruas-ruas jalannya bersih. Pasar malam ini sangat didominasi dengan toko pakaian dari yang terkenal sampai yang biasa.

Ximending Night Market, terletak di kota Taipei. Keunikan pasar malam yang satu ini yaitu terdapat pertunjukan jalanan yang menarik di setiap persimpangan jalannya. Selain jajanan dan toko pakaian, banyak sekali toko yang mejual makanan khas Taiwan di pasar malam ini.

Shilin Night Market, terletak di kota Taipei. Shilin dianggap sebagai pasar malam yang terbesar dan paling terkenal dikota. Selain makanan dan pakaian, terdapat berbagai macam souvenir khas Taiwan dengan harga murah, tergantung juga pada skill tawar-menawar kita.

Taipei 101 merupakan pencakar langit setinggi 101 tingkat di Distrik Xinyi, Taipei, Taiwan. Menara ini menjadi gedung tertinggi kedua di dunia (yang pertama adalah Burj Khalifa, di Dubai, Uni Emirat Arab). Dalam bangunan ini terdapat mall dan pusat perbelanjaan, tempat hiburan, hotel, dan kantor bisnis. Selain itu, terdapat observatorium pada puncak menara, yakni lantai ke 89, dari puncak itu dapat disaksikan panorama dan pemandangan kota Taipei.
Selain itu ada juga beberapa tempat yang kami kunjungi.






My experiences abroad, forced me to think about all culture and religion differences, gave me an insight into different definitions of success, taught me different hobbies, introduced me to new lifestyles, told me exotic stories, and exposed me to several grievances and triumphs. Experiences like this are innumerable, but each taught me the same thing – the world has innumerable perspectives, and it can be viewed from innumerable lenses. I do not know if I can manage all, but studying abroad gave me a lot more than I would have gotten if I had simply stayed back.

mantapp